Artikel Islami Ponpes Modern Al-Muttaqien Balikpapan merupakan pesantren dengan sistem pengajaran yang memadukan antara salaf dengan pendidikan modern, sesuai dengan kaidah Al-Muhafadhah alal Qadimish Shalih wal Akhdzu bil-Jadidil Ashlah http://almuttaqienbalikpapan.com Sun, 16 Oct 2016 11:37:45 +0000 Joomla! - Open Source Content Management en-gb Nasihat Imam Al-Bukhari bagi Pencari Ilmu http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/ubudiyah/item/42-nasihat-imam-al-bukhari-bagi-pencari-ilmu http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/ubudiyah/item/42-nasihat-imam-al-bukhari-bagi-pencari-ilmu


Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Tadribur Rawi mengutip sebuah kisah tentang nasihat Imam Al-Bukhari kepada seorang murid yang ingin belajar hadits kepadanya. Singkat kata, imam hadits ini mengatakan, jika kamu ingin menjadi ahli hadits yang sempurna, kamu mesti menulis empat hal. Empat hal ini tidak sempurna kecuali dengan empat perkara. Apabila telah menyempurnakan empat perkara ini, kamu akan diberikan empat keuntungan sekaligus diuji dengan empat cobaan. Bila kamu lulus dari empat ujian tersebut, Allah SWT akan memberimu empat ganjaran di dunia dan di akhirat. Jabaran dari empat hal yang saling berkaitan itu adalah sebagai berikut:

لاتتم له له هذه الأشياء إلا بأربع هي من كسب العبد: معرفة الكتابة، واللغة، والصرف، والنحو، مع أربع هن من عطاء الله تعالى: الصحة، والقدرة، والحرص، والحفظ، فإذا صحت له هذه الأشياء هان عليه أربع: الأهل، والولد والمال والوطن، وابتلي بأربع: شماتة الأعداء، وملامة الأصدقاء، وطعن الجهلاء، وحسد العلماء، فإذا صبر على هذه المحن أكرمه الله تعالى في الدنيا بأربع: بعز القناعة، وبهيبة اليقين، وبلذة العلم، وبيحاة الأبد، وأثابه في الآخرة بأربع: بالشفاعة لمن أراد من إخوانه، وبظل العرش حيث لا ظل إلا ظله،  ويسقي من أراد من حوض محمد صلى الله عليه وسلم، وبجوار النبيين في أعلى عليين في الجنة

Artinya, “Hal ini (menuntut ilmu) tidak sempurna kecuali seseorang menguasai empat bidang: mahir baca-tulis, mengerti bahasa, menguasai ilmu sharaf, dan ilmu nahwu (gramtikal). Kemampuan ini harus dibarengi dengan karunia Allah: kesehatan, kemampuan, keuletan, dan hafalan. Apabila empat hal ini berjalan dengan baik, dia akan diberikan empat keuntungan: keluarga, anak, harta, dan domisili. Tapi seketika itu pula dia akan diuji dengan empat ujian: musuhnya dengki, celaaan sahabatnya, makian dari orang bodoh, dan keirian ulama. Jika seseorang berhasil melewati ujian ini, di dunia dia akan memperoleh empat kebaikan: semakin qana’ah, keyakinanya meningkat, merasakan nikmatnya ilmu, dan kenikmatan hidup. Kelak di akhirat, Allah SWT akan memuliakannya dengan empat kesempatan: dapat memberikan syafaat kepada siapa yang dia inginkan, berhak memberi minum kepada siapa pun dari telaga Nabi Muhammad SAW,  dinaungi bayangan Arasy, dan diposisikan di surga paling tinggi, di samping surga para Nabi.”

Maksud dari pernyataan ini ialah bahwa keharusan bagi penuntut ilmu menguasai empat bidang sebagai dasar mencari ilmu, yaitu: pandai baca, pandai tulis, menguasai bahasa, dan gramatikalnya. Keempat potensi ini tidak akan berkembang kecuali atas karunia Tuhan. Dalam konteks ini, anugerah Tuhan itu berupa empat hal: kesehatan, kemampuan, semangat, dan kekuatan hafalan.

Sepintar apapun seorang anak, bila Allah SWT tidak memberikan kesehatan dan kesempatan belajar kepadanya, tentu proses belajarnya akan menjadi tidak efektif dan sempurna. Setelah berhasil menguasai empat bidang ini, dia diberikan empat karunia Tuhan, maka dia akan mendapatkan empat keuntungan: keluarga, anak, harta, dan domisili. Di samping beruntung, dia juga diuji dengan empat ujian: ada musuhnya yang dengki, sahabatnya juga ikut-ikutan mencaci-maki, umpatan dan hinaan dari orang-orang bodoh, dan ada juga ulama yang iri terhadap kepintarannya.

Jika dia mampu bertahan dan bersabar, Allah SWT akan memberikannya empat kebaikan: semakin qana’ah, keyakinanya bertambah kuat, dia merasakan nikmatnya ilmu, dan diberikan kebahagiaan hidup. Di akhirat kelak, kebahagiannya disempurnakan dengan empat kesempatan: mereka diberi kesempatan untuk memberi syafaat kepada orang yang diingininya, dilindungi oleh Arasy, berhak memberi minum kepada siapa saja dari telaga Nabi Muhammad SAW, dan dia diletakkan di surga kelas tinggi, yang berada di samping surga para Nabi.

Begitulah sulitnya menuntut ilmu. Ada banyak rintangan dan godaan yang mesti disingkirkan. Sangat beruntung orang yang mampu bersabar dalam melewati segala bentuk ujian ini. Di antara deretan cobaan di atas, umpatan dan cacian teman sejawat mungkin adalah ujian paling berat dibanding lainnya.

Barangkali sudah nasib orang berilmu seperti itu. Terkadang teman pun bisa jadi lawan, bahkan tak jarang nyawa pun dikorbankan demi sebuah kebenaran. Namun ketika datang masanya, mereka akan tersenyum bahagia di depan Yang Maha Kuasa ketika mampu melewati tahapan di atas. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah/ NU Online)

Foto: Santri Ponpes Al-Muttaqien Balikpapan (tingkat tsanawiyah, 2013)

]]>
[email protected] (Pengelola) Ubudiyah Tue, 05 Apr 2016 04:03:20 +0000
Hakikat Ramadhan dan Fadhilahnya http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/ubudiyah/item/31-hakikat-ramadhan-dan-fadhilahnya http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/ubudiyah/item/31-hakikat-ramadhan-dan-fadhilahnya


Demikianlah kandungan yang terdapat di bulan Ramadhan ridhwanullah adalah ridha Allah, barang siapa yang bersungguh-sungguh beribadah di bulan ramadhan ia pasti akan mendapatkan ridha Allah. Barang siapa yang mendapatkan ridhanya berarti ialah orang yang paling beruntung. Nilai sebuah keridhaan jauh lebih mulia dari pada sekedar balasan dan pahala. Dengan kata lain mereka yang telah mendapatkan ridha-Nya pasti telah mendapatkan garansi dan jaminan dari Allah swt. apapun yang terjadi pada diri seorang hamba tidaklah perlu khawatir karena ia telah mengantongi kartu garansi dari-Nya itulah makan dhamanullah.

Tentunya keridhaan atau kerelaan hanya diberikan kepada mereka yang disayang. Pemberian itu bersumber dari rasa kasih sayang. Hal ini berbeda dengan pahala yang diberikan sebagai imbalan bagi mereka yang telah melakukan sesuatu, bukan diberikan karena rasa sayang. Itulah mahabatullah. Sedangkan ulaftullah belaskasihan dari Allah swt pasti akan diberikan kepada mereka yang telah disayangi. Allah swt tidak akan membiarkan hal-hal buruk terjadi kepada mereka yang telah mendapatkan mahabatullah. Dan terakhir Nurullah akan senantiasa menyinari hamba-hambanya yang berhasil mengisi Ramadhan dengan ibadah kepada-Nya.

Itulah keistimewaan bulan Ramadhan yang diibaratkan hati bagi bulan-bulan yang lain, atau seperti nabi di tengah-tengah umat manusia. Ramadhan seperti tanah haram, satu-satunya ruang yang tidak mampu ditembus oleh dajjal yang laknat. Ramadhan juga dapat ditamsilkan kepada nabi. Jika para nabi memberi (syafaat) pertolongan bagi mereka yang telah berbuat jahat, maka Ramadhan memberi (syafaat) pertolongan bagi mereka yang berpuasa.

مثل شهر رمضان فى الشهور كمثل القلب فى الصدور وكاالانبياء فى الأنام وكالحرم فى البلاد فالحرم يمنع منه الدجال اللعين والأنبياء شفعاء للمجرمين وشهر رمضان شفيع للصائمين.

(red. Ulil H/nu.or.id)

]]>
[email protected] (Pengelola) Ubudiyah Mon, 07 Jul 2014 17:36:07 +0000
Niat Puasa Sekaligus Sebulan di Awal Ramadhan http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/30-niat-puasa-sekaligus-sebulan-di-awal-ramadhan http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/30-niat-puasa-sekaligus-sebulan-di-awal-ramadhan


Kalau niat ibadah lain ditanamkan persis berbareng dengan awal rukun ibadah bersangkutan, lain halnya dengan niat puasa Ramadhan. Niat puasa Ramadhan terbilang istimewa. Niat puasa harus dipancangkan sebelum beduk subuh yang menjadi awal ibadah puasa. Kalau niat puasa dikerjakan bersamaan dengan azan subuh, terang puasanya di hari itu tidak sah.

Bagaimana kalau seseorang memasang niat puasa untuk sebulan penuh di awal Ramadhan? Dengan niat sebulan penuh itu, ia mungkin berharap tidak perlu berniat setiap malam sebelum puasa di keesokan siangnya. Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Hushni dalam Kifayatul Akhyar menerangkan sebagai berikut.

ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة , ألا ترى أنه لا يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.

Artinya, “Puasa tidak sah tanpa niat. Keharusan niat didasarkan pada hadits. Tempat niat itu di hati. Karenanya, niat tidak disyaratkan secara lisan. Ketentuan ini disepakati bulat ulama tanpa perbedaan pendapat. Niat puasa wajib dipasang setiap malam. Karena, puasa dari hari ke hari sepanjang Ramadhan merupakan ibadah terpisah. Coba perhatikan, bukankan puasa Ramadhan sebulan tidak menjadi rusak hanya karena batal sehari? Kalau ada seseorang memasang niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan, maka puasanya hanya sah di hari pertama. Demikian pendapat ini madzhab.”

Karenanya, melihat keistimewaan puasa Ramadhan itu, seseorang wajib memasang niat setiap malam. Untuk menghindari lupa niat, ada baiknya ia mengikuti Tarawih berjamaah. Di samping mendapat pahala sembahyang Tarawih dan silaturahmi yang berlipat ganda itu, ia tidak akan luput dari niat puasa yang lazim dipimpin imam sebelum Tarawih bubar. Wallahu A’lam. (Alhafiz K/nu.or.id)

]]>
[email protected] (Pengelola) Syari'ah Mon, 07 Jul 2014 17:33:49 +0000
Mengenal Sunnah Puasa http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/29-mengenal-sunnah-puasa http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/29-mengenal-sunnah-puasa

 عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوااْلفِطْرَ.

Diceritakan dari Sahal Ibn Sa’ad, Rasulullah s.a.w, bersabda:”manusia selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa” (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Kedua, Membaca Do’a Berbuka Puasa. Membaca do’a berbuka puasa sebelum membatalkan puasa itu perbuatan yang dianjurkan oleh nabi Muhammad s.a.w, sebagai mana sabdanya:

عَنِ ابْنِ عَمْرٍ كَانَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا اَفْطَرَ قَالَ اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمْاءُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْاَجْرُ اِنْ شَاءَ اللهُ

Diceritakan dari Ibnu Umar; Rasulullah s.a.w, apabila berbuka buasa, ia berdo’a: “wahai Tuhanku, karena Engkau aku berpuasa, dan atas rizkimu aku berbuka, maka sirnahlah rasa dahaga dan urat-uratku sekarang jadi basah, dan semoga pahala puasanya tetap kalau Engakau menghendaki. (Hadits Shahihm riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga, Berbuka dengan Makan Buah Kurma atau Minum Air Putih. Berbuka puasa diawali dengan memakan buah kurma, dan apabila tidak menemukan buah kurma atau tidak memilikinya, maka dianjurkan untuk meminum air putih terlebih dahulu sebelum memakan dan minum yang lainnya.

عَنْ اَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ اَنْ يُصَلِّيَ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمْرَاتٍ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Dari Anas r.a; “Nabi s.a.w, apbila ia berbuka puasa denga kurma gemading, sebelum Beliau shalat, apabila tidak ditemukannya, ia berbuka dengan kurma biasa, kalau tidak ditemukannya, Beliau berbuka dengan beberapa teguk dari air putih”. ( Hadits Shahih, riwayat Abu Daud dan al-Tirmidzi)

 

Keempat, Makan Sahur Sesudah Tengah Malam. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.

عَنْ اَنَسٍ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَسَحَّرُوا فَاِنَّ فِى السُّحُوْرِ بَرَكَةٌ

Dari Anas r.a; Rasulullah s.a.w, bersabda: “makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terkandung berkah”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Kelima Mengakhirkan SahurSahur atau memakan sesuatu di malam hari dengan tujuan memperkuat diri untuk dapat menjalankan ibadah puasa keesokan harinya, maka dianjurkan mengakhirkannya sebelum waktu shubuh tiba.

عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَزَالُ اُمَّتِي بِخَيْرٍ مَااَخَّرُوا السَّحُوْرَ وَعَجَّلُوْا اَلْفِطْرَ

Dari Abu Dzar r.a: Rasulullah s.a.w, bersabda: tidak akan hilang sifat kebaikan pada diri manusia, selama ia mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa”. (Hadits Shahih, riwayat Ahmad)

Keenam, Meninggalkan Perkataan Jelek dan Jorok. Di saat menjalankan ibadah puasa, seorang muslim dianjurkan untuk tidak berkata-kata yang tidak bermanfaat, apalagi perkataan jelek dan jorok. Semisal berbohong, menghina orang lain, menggunjing kejelekan orang lain, memfitnah orang lain dsb.

Dan apabila ia dicaci maki oleh orang lain, maka ia dianjurkan untuk mengatakan “saya sedang berpuasa” sampai dua, tiga kali ucapan, menurut Imam Nawawi dalam kitab adzkarnya. Sedangkan menurut Imam Rafi’i, ia dianjurkan untuk mangatakannya dalam hati saja sebagai pengingat agar tidak terpancing emosi. (Sumber: Risalah Puasa/Red.Ulil H/nu.or.id)

 

]]>
[email protected] (Pengelola) Syari'ah Mon, 07 Jul 2014 17:29:55 +0000
Hanya Dua Rukun Puasa http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/28-hanya-dua-rukun-puasa http://almuttaqienbalikpapan.com/artikel/syariah/item/28-hanya-dua-rukun-puasa

Memang anggapan itu ada benarnya, karena memang sah tidaknya sebuah amal tergantung niat. Akan tetapi niat itu tidak sekedar formalitas, karena niatlah yang menentukan arah ibadah kita. Bukankah kalimat lillahi ta’ala, merupakan kode kepasrahan seorang hamba kepada-Nya?

Dalam konteks puasa Ramadhan, niat merupakan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan persyaratan dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefarduannya didalam niat tersebut, contoh; saya berniat untuk melakukan puasa fardlu bulan Ramadhan, atau lengkapnya dalam bahsa Arab, sebagai berikut:

نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ

Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah s.w.t, semata.

Sedangkan dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad s.a.w, sebagai berikut:

 مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu fajar, maka ia tidak berpuasa. (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098, al-Tirmidz: 662, dan al-Nasa’i:2293).

Pada hakikatnya niat harus berbarengan dengan pekerjaan pertama dalam sebuah ibadah. Sebagaimana niat wudhu yang harus dibarengkan dengan membasuh muka, niat shalat dibarengakan dengan takbiratul iharam, maka begitu pula puasa seharusnya dibarengkan dengan waktu terbitnya fajar. Namun karena membarengkan niat puasa dengan awal fajar sangatlah susah, maka niat puasa boleh dimulai semenjak malam harinya. Karena jika sampai niat itu baru dinyatakan setelah terbitnya fajar, maka puasa dianggap tidak sah. Kecuali puasa sunnah, maka niat setelah fajar, bahkan di pagi haripun boleh. 

Adapun dalil yang menjelaskan waktu mengucapkan niat untuk puasa sunnah, bisa dilakukan setelah terbit fajar, yaitu:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : دَخَلَ عَلَّيَّ رَسُولُ اللهِ صَلِّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقُلْنَا لَا فَقَالَ: فَاِنِّي اِذًنْ صَائِمٌ. ثُمَّ اَتَانَا يَوْمًا اَخَرَ، فَقُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ اُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ: اَرِيْنِيْهِ فَلَقَدْ اَصْبَحْتُ صَائِمًا فَاَكَلَ

Dari Aisyah r.a, ia menuturkan, suatu hari Nabi s.a.w, dating kepadaku dan bertanya, “apakah kamu punya sesuatu untuk dimakan?”. Aku menjawab, “Tidak”. Maka Belaiu bersabda, “hari ini aku puasa”. Kemudian pada hari yang lain Beliau dating lagi kepadaku, lalu aku katakana kepadanya, “wahai Rasulullah, kami diberi hadiah makanan (haisun)”. Maka dijawab Rasulullah, “tunjukkan makanan itu padaku, sesungguhnya sejak pagi aku sudah berpuasa” lalu Beliau memekannya. (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 1952, Abu Daud: 2099, al-Tirmidzi; 666, al-Nasa’i:2283, dan Ahmad:24549).

Adapun rukun yang kedua adalah adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa, dan untuk detailnya apa-apa yang membatalkan puasa akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya tentang sesuatu yang membatalkan puasa.

...فَاْلئَنَ باَشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ مِنَ اْلفَجْرِ ثُمَّ اَتِّمُوْا الصِّيَامَ اِلَى اللَّيْلِ...

“…maka sekarang campurilah, dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu, serta makan dan minumlah sampai waktu fajar tiba dengan dapat membedakan antara benang putih dan hitam. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai waktu malam tiba...(QS. al-Baqarah, 2: 187) (red. Ulil H/nu.or.id)

 

]]>
[email protected] (Pengelola) Syari'ah Mon, 07 Jul 2014 17:25:36 +0000